Senin, 09 November 2015

sirah Nabawiyah 4 -Laki-Laki dari Suku Giffar- 29

Judul ke 29-jilid 4

Laki-Laki dari Suku Giffar

Saudaraku tercinta, berita tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia. Suatu hari, datanglah seorang laki-laki berwajah ramah dan bijaksana. Ali bin Abu Thalib melihatnya, lalu menegur, "Sepertinya, Anda laki-laki asing?"

"Betul, namaku Abu Dzar dari suku Bani Ghiffar."

Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang saudaranya untuk mencari berita tentang Rasulullah SAW. Setelah melihat apa yang dilakukan Rasulullah SAW, saudara Abu Dzar melaporkan, "Demi Allah, aku telah melihat orang yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kenurukan."

Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun datang ke Mekah.

Ali bin Abu Thalib mengajak Abu Dzar bermalam di rumahnya. Esok harinya, Ali bertanya kepada Abu Dzar, "Jika Anda tidak keberatan bercerita, apa gerangan yang mendorong Anda datang ke negeri ini?"

"Kalau Anda berjanji untuk merahasiakannya, aku akan menceritakannya."

Ali mengangguk.

Kemudian, Abu Dzar berkata, "Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang bernama Muhammad. Orang mengatakan bahwa ia membawa ajaran baru. Aku ingin menemuinya. Namun, aku tahu pemerintah Quraisy akan menindak setiap orang asing yang sengaja menemuinya."

"Ikuti saya," bisik Ali bin Abu Thalib, "masuklah ke tempat saya masuk. Jika saya melihat orang yang saya khawatirkan akan mengganggu keselamatan Tuan, saya akan merapat ke tembok dan Tuan silakan berjalan terus."

Malam itu juga, Abu Dzar bertemu Rasulullah SAW.

"Hatiku sangat pedih melihat orang-orang kaya yang congkak, budak-budak yang sengsara, kaum perempuan yang tertindas, kaum miskin yang tidak mampu berbuat apa-apa. Apa yang Islam tawarkan untuk mengatasi semua ini?" Tanya Abu Dzar.

Rasulullah SAW menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu Dzar merasa sangat puas. Saat itu juga, Abu Dzar menyatakan keimanannya dengan semangat menggelora.

Ketika Abu Dzar berpamitan, Rasulullah SAW berpesan, "Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu. Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam dan rahasiakanlah pertemuan kita ini dari penduduk Mekah karena aku khawatir mereka akan mengganggu keselamatanmu."

Namun, Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru mengajak orang masuk Islam. Apa yang kemudian terjadi?

-------bersambung-------

Ensiklopedia Mini:

Bersabarlah, Wahai Abu Dzar

Suatu hari, Rasulullah SAW bertanya kepada Abu Dzar, "Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai para pembesar yang mengambil barang upeti untuk diri mereka pribadi?" Jawab Abu Dzar, "Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedang saya!" Sabda Rasulullah SAW, "Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Yaitu bersabarlah sampai kamu menemuiku."

Sumber : Buku Muhammad Teladanku jilid 4 (Ketabahan) halaman 58-59

Sygma Daya Insani-Jabar

Sirah Nabawiyah 4 - KEBERANIAN RASULULLAH- 28

Judul ke- 28, jilid 4

🏇 KEBERANIAN RASULULLAH

    Memang tidak ada yang berani ! Tidak seorangpun! Namun, mereka menyarankan sesuatu kepada laki-laki asing itu, " Carilah Muhammad dan mintalah tolong kepadanya. "

    Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin, Rasulullah tidak akan mampu melakukannya. Semua tahu bahwa Abu jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat dan beringas.

    " Ada apa, Saudara? Apa bisa kubantu? " Demikian sapa Rasulullah ketika orang asing itu datang.

    " Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam tidak mau membayar unta yang dibelinya dariku ! "

    Rasulullah mengajak lelaki itu kerumah Abu Jahal. Melihat mereka, orang-orang tertawa gaduh. Mereka yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk menghadapi Abu Jahal. Muhammad pasti akan mengecewakan laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap melontarkan ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa Rasulullah di hadapan para pengikutnya.

    Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah Abu Jahal, ia sedang berada di tengah-tengah budak dan para penunggang kudanya. Tiba-tiba, pintu diketuk dengan keras. Wajah Abu Jahal memerah menahan marah, " Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu ? Tidak tahu dia kalau aku tengah berada di tengah para bawahanku ! Dengan mudah, mereka bisa kusuruh melumatkan orang itu ! "

    Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat Rasulullah di depannya. Saat itu, wajah Rasulullah tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah bulat untuk membela orang yang teraniaya ini. Dengan keras, Rasulullah memberi perintah kepada Abu Jahal, " Berikanlah hak orang ini. "

    Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun. Ia masuk rumah dan keluar lagi untuk membayar pembelian unta laki-laki asing itu.

    Orang asing itu sangat berterima kasih kepada Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita kepada orang-orang di sekitar Ka'bah. Mau tidak mau, keberanian Rasulullah ini menimbulkan rasa kagum di hati mereka. Mereka yang tadi sudah bersiap mengejek pun membubarkan diri dengan perasaan bercampur aduk : kesal, geram, tetapi sekaligus hormat dan kagumM

------- bersambung ---------

📚Ensiklopedi mini

Abdullah bin Abi Umayyah
Abdullah bin Abi Umayyah adalah anak bibi Rasulullah, ia berkata kepada Rasulullah, " Aku akan beriman kepadamu sampai kamu naik tangga ke langit dan turun membawa empat malaikat. Setelah itu pun, rasanya aku masih belum percaya kepadamu. " Rasulullah merasa amat sedih mendengarnya.

🔹sumber ; Buku Muhammad Teladanku, jilid 4 ( ketabahan ), halaman 56 - 57

💫 Sygma Daya Insani
     Jawa Barat

Rabu, 04 November 2015

Sirah Nabawiyah 4 - Ajakan Saling Menyembah Berhala - 16

Ajakan Saling Menyembah Berhala

Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab, Utbah bin Rabi'ah, Walid bin Mughirah, dan Umayyah bin Khalaf mengundang Rasulullah saw ke pertemuan mereka. Sejenak, hati Rasulullah saw penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari ini mereka akan tersentuh oleh Islam.

Alangkah kecewanya Rasullah saw ketika lagi-lagi yang mereka tawarkan kepadanya adalah soal harta dan kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata, "Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada maksud sama sekali untuk mencari harta kekayaan, tidak pula kemuliaan, dan kekuasaan. Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mau menerima ajaran-ajaran yang kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian semua menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang terjadi di antara aku dan kalian."

Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad bicara tentang Tuhannya. salah seorang di antara mereka pun akhirnya bicara, "Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam persoalan ketuhanan ini. Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang engkau sembah, kami akan memperoleh keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah, engkau akan memperoleh keuntungan darinya."

Orang itu menarik napas sejenak, lalu melanjutkan lagi, "Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan menjalankan perintah-perintahnya. Kami akan menyembah Tuhanmu dan menjalankan perintah-Nya."

Rasulullah saw tidak menunggu sejenak pun untuk menanggapi. Beliau mengutip sebuah ayat Al Qur'an, "Tidak! Aku tidak akan menyembah yang kalian sembah. Kalianpun bukanlah orang-orang yang menyembah apa yang aku sembah. Bagi kalian adalah agama kalian. Bagiku adalah agamaku."

Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu merasa tidak ada jalan lagi untuk melakukan perubahan. Mereka harus menganbil tindakan keras! Begitu kerasnya sampai Muhammad dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!


----bersambung---

Ensiklopedia Mini:

🏃Sempat Kembali

Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat kembali ke Mekah karena mendengar berita bahwa orang Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah saw dan pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahwa orang Quraisy malah bersikap semakin keras, mereka kembali berhijrah ke Habasyah.



Sumber: Buku Muhammad teladanku jilid 4 (Ketabahan) halaman 32-33

Sirah Nabawiyah 4 - KAUM MUSLIMIN MENANG - 15

KAUM MUSLIMIN MENANG

Saudaraku tercinta, siasatpara utusan Quraisy itu sederhana saja."Paduka," kata mereka kepada Najasyi pada keesokan harinya," sesungguhnya kaum Muslimin menuduh keji kepada Isa anak Maryam."

Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia segera kembali memanggil Ja'far dan teman-temannya.

"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang jelek?" Tanya Najasyi.

Ja'far kembali menjawab dengan tenang, "Tentang dia, pendapat kami adalah seperti yang dikatakan Nabi kami,`Dia adalah hamba Allah dan Utusan-Nya, Roh-Nya, dan Firman-Nya yang disampaikan kepada perawan Maryam.

Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia menggambil sebuah tongkat dan membuat garis lurus diatas tanah.

"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami, "katanya penuh gembira bercampur haru, "sebenarnya tidak lebih dari garis ini."

Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, mengenal adanya kristen, dan menyembah Allah.

Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada lagi celah bagi tuduhan atau siasat yang dapat mereka lancarkan. Pil pahit ini akan segera sampai kepada para pemuka Quraisy di Mekah.

Setelah itu, kaum muslimin tinggal di habasyah dengan perasaan aman dan tentram.

----bersambung-----

Ensiklopedi mini

 NEGUS

Negus adalah sebutan untuk raja Habasyah. Dahulu Habasyah bersekutu dengan kerajaan Saba dan harus membayar upetiyang disebut nags kepada kerajaan Saba. Dari kata nags inilah timbul kata Negus, yang oleh orang Arab diucapkan Najasyi. Ketika kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah penduduk negeri itu sudah 300 th lamanya memeluk agama kristen.

Sumber : Buku Muhammad Teladanku jilid 4 hal 30-31

Sirah Nabawiyah 4 - Surat Maryam - 14

Surat Maryam

"Ya". Jawab Ja'far. Lalu, ia membacakan Surat Maryam dari pertama sampai pada ayat, "Lalu ia memberi isyarat menunjuk kepadanya. Kata mereka, 'Bagaimana kami akan dengan anak yang masih muda belia?' Dia (Isa) berkata, 'Aku adalah hamba Allah, diberi-Nya aku kitab dan dijadikan-Nya aku seorang Nabi. Dijadikan-Nya aku seorang pembawa berkah di mana saja aku berada dan dipesnkan-nya kepadaku melakukan shalat dan zakat selama hidupku. Dan berbaktilah aku kepada ibuku, bukan dijadikan-Nya aku orang congkak yang celaka. Bahagialah aku tatkala aku dilahirkan, tatkala aku mati, dan tatkala aku hidup kembali."

Saudaraku tercinta, ayat-ayat Al Qur'an itu membenarkan isi Kitab Injil. Semua pemuka istana dibuat terkejut. Mereka berkata, "Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih."

Penuh haru, Najasyi membenarkan para pembesar istananya, "Kata-kata ini dan yang di bawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama."

Najasyi berpaling kepada kedua utusan Quraisy, "Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada Tuan-Tuan!"

Kaum muslimin saling berpandangan penuh syukur. Sementara itu, Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah berjalan keluar istana dengan wajah murung.

"Tidak bisa begini," keluh Abdullah. "Tidak bisa kita jauh-jauh datang ke sini untuk kemudian pulang dengan tangan hampa dan terhina."

Amr bin Ash, yang terkenal lihai dalam bersiasat, merenung sejenak.

"Rasanya, aku masih punya siasat lain," katanya. "Namun, biar kita kembali esok hari. Biarkan para pengikut Muhammad itu merasa senang. Besok, akan kita kejutkan mereka dengan pernyataan yang akan kita ajukan kepada Najasyi."

----bersambung---

Ensiklopedia Mini:

📖Al Qur'an akan Terpelihara📖

Sampai kapan pun dan bagaimanapun, keutuhan Al Qur'an akan dijaga oleh Allah SWT. Kepastian ini dapat disimak dalam Al Qur'an surat Al Hijir ayat 9, "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya."

Sumber: Buku Muhammad teladanku jilid 4 (Ketabahan) halaman 28-29

Sirah Nabawiyah 4 - JAWABAN KAUM MUSLIMIN - 13

JAWABAN KAUM MUSLIMIN

    Saat itu, yang menjadi juru bicara kaum Muslimin adalah sepupu Rasulullah yang amat tampan, Ja'far bin Abu Thalib.

    "Paduka Raja," ucap Ja'far penuh hormat, "ketika itu, kami masyarakat yang bodoh, kami menyembah berhala, bangkai pun kami makan, segala kejahatan kami lakukan, memutuskan hubungan dengan kerabat, dengan tetanggapun kami tidak baik, yang kuat menindas yang lemah. Demikian keadaan kami sampai Tuhan mengutus seorang utusan Nya dari kalangan kami yang sudah kami kenal asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih pula. Dia mengajak kami menyembah hanya kepada Allah Yang Mahatunggal; meninggalkan batu - batu dan patung - patung yang selama itu kami dan nenek moyang kami menyembahnya. Dia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, untuk berlaku jujur, mengadakan hubungan baik dengan keluarga dan tetangga, menyudahi pertumpahan darah, serta menghentikan perbuatan terlarang lainnya. Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata - kata dusta, melarang memakan harta anak yatim, dan melarang mencemarkan perempuan - perempuan yang bersih. Dia minta kami menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Selanjutnya, disuruhnya kami melakukan shalat, zakat, dan shaum (lalu Ja'far menyebut beberapa ketentuan Islam). Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang diperintahkan Allah. Lalu, yang kami sembah hanya Allah Yang Mahatunggal, tidak menyekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun juga. Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Oleh karena itulah, masyarakat kami memusuhi kami, menyiksa kami, dan menghasut supaya kami meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala supaya kami membenarkan segala keburukan yang pernah kami lakukan dulu. Oleh karena mereka memaksa kami, menganiaya kami, menekan kami dan menghalang - halangi kami dari agama kami, maka kami pun keluar, pergi ke negeri Tuan ini, Tuan jugalah yang menjadi pilihan kami, senang sekali kami berada di dekat Tuan, dengan harapan, di sini tidak akan ada penganiayaan."

    Najasyi mendengarkan dengan penuh kesungguhan, lalu katanya, "Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang dapat Tuan - Tuan bacakan kepada kami?"

--- bersambung ---


📚Ensiklopedi mini

Boleh dan Haram Hijrah

🏇Kaum Muslimin diperbolehkan berhijrah ke negeri lain jika di negerinya menghadapi bencana yang sangat menyulitkan sehingga tidak dapat beribadah dengan baik. Kaum Muslimin diharamkan alias dilarang hijrah ke negeri lain jika kepergiannya malah menyebabkan terabaikannya kewajiban Islam yang memang tidak dapat dilakukan oleh orang lain.

Sumber : Buku Muhammad Teladanku, jilid 4 (Ketabahan) halaman, 26 - 27.

Sirah Nabawiyah 4 - UTUSAN QURAISY- 12

UTUSAN QURAISY

Saudaraku, apa yang terjadi dengan Muslim yang berhijrah ke Habasyah?
"Kita tidak bisa membiarkan mereka berlindung di Habasyah!" seru seorang pembesar Quraisy. "Dengan perlindungan yang diberikan Raja Najasyi, aku khawatir mereka akan bertambah kuat dan membahayakan kita!"

"Kirim utusan kepada Najasyi!" Sambut pembesar yang lain, "bujuk dia, katakan apa saja agar dia memulangkan para pengikut Muhammad itu!"

Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah diutus menemui Raja Habasyah, Najasyi. Tiba di Habasyah, mereka mempersembahkan hadiah-hadiah berharga untuk raja dan para pembesarnya.

"Paduka Raja, "kata mereka, "kaum Muslim yang datang ke negeri Paduka ini adalah budak-budak kami yang tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya dan tidak pula menganut agama paduka. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri yang tidak kami kenal dan tidak juga paduka kenal. Kami diutus kepada Paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat mereka, oleh orangtua-orangtua mereka, paman mereka, dan keluarga mereka sendiri, agar Paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada kami. Kami lebih mengetahui betapa orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki tuhan-tuhan kami."

Sebenarnya, kedua utusan itu telah menyogok para pembesar istana untuk membantu mereka meyakinkan raja. Namun, Najasyi adalah raja yang bijaksana. Dia sama sekali tidak terpengaruh hadiah-hadiah yang di bawa kedua utusan Quraisy. Dia tidak mau mengusir kaun Muslimin kembali sebelum ia mendengar sendiri apa alasan mereka pergi dari Mekah.

"Bawa para pengungsi itu ke hadapanku!"perintah Najasyi.

Begitu seluruh kaum Muslimin menghadap, Raja bertanya, "Agama apa ini yang sampai membuat Tuan-Tuan meninggalkan masyarakat Tuan sendiri, tetapi tidak juga Tuan-Tuan menganut agamaku atau agama lain?"

Saudaraku, jawaban kaum Muslimin akan menentukan :apakah mereka bisa meyakinkan raja atau mereka dipaksa keluar dari Habasyah sebagai tawanan Quraisy?


-to be continued-

Ensiklopedi mini

"Wajib Hijrah"

Kaum Muslimin wajib hijrah ke tempat lain jika di tempatnya sudah tidak dapat lagi melaksanakan syiar-syiar Islam berupa shalat, shaum, adzan, haji, dan sebagainya. Namun setelah Rosulullah SAW kelak menaklukan Mekah, tidak boleh lagi kaum Muslimin berhijrah. Jika mereka ditindas, mereka harus berjihad melawannya.

Sumber buku Muhammad Teladanku Jilid 4 (ketabahan) hal. 24-25
 

Cuman Cerita Kami Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template